Minggu, 02 Maret 2008

Bung MEDAH PROKLAMASI-SAYA CALON GOLKAR

Medah : Saya cagub dari GolkarKUPANG, PK--
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Propinsi NTT, Drs. Ibrahim Agustinus Medah menyatakan, dirinya menjadi calon gubernur (cagub) NTT yang diusung Partai Golkar untuk bertarung dalam Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT 2008."Sesuai dengan hasil LSI (Lembaga Survei Indonesia) terakhir dan dari regulasi yang ada, tidak ada tawaran lagi. Saya menjadi kandidat yang dicalonkan dari Partai Golkar NTT untuk bertarung dalam pilkada Gubernur NTT," tegas Medah, saat ditemui di Hotel Cahaya Bapa - Kupang, Sabtu (1/3/2008), usai pelantikan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) untuk Pilgub NTT.Medah yang juga menjabat Bupati Kupang ini berulang kali menegaskan bahwa dirinya cagub dari Partai Golkar. "Sampai saat ini tidak ada aturan yang diubah. Saya menjadi kandidat yang diusung dari Golkar," katanya.Ditemui di Kantor Bupati Kupang, Wakil Ketua Biro Pemenangan Pilkada Partai Golkar NTT, Gustaf Jacob, S.H mengatakan, "Golkar pasti mencalonkan Medah sebagai calon gubernur."Menurut Gustaf, rapat pimpinan daerah khusus (Rapimdasus) Partai Golkar NTT yang akan digelar dalam waktu dekat tidak berkutat pada masalah pemilihan calon, tetapi sebagai forum deklarasi Medah sebagai cagub.Menyinggug status Medah sebagai tersangka dalam kasus kapal ikan, Gustaf mengatakan, hal itu bukan merupakan kendala. Gustaf menyatakan, penetapan status tersangka tidak ada karena secara hukum belum ada izin dari presiden untuk memeriksa Medah. "Bagaimana tidak ada izin untuk pemeriksaan lalu ditetapkan sebagai tersangka. Golkar tentu juga telah siap untuk masalah seperti itu," kata Gustaf.Belum diketahui apakah hasil LSI terakhir yang dimaksudkan IA Medah, sama dengan hasil LSI yang beredar, sebagaimana dilansir Pos Kupang (Kamis, 21/2/2008). Hasil LSI yang dilansir Pos Kupang menyatakan, Victor Bungtilu Laiskodat, S.H, anggota DPR RI yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar NTT, unggul popularitas dari Drs. Ibrahim A Medah (Ketua DPD Partai Golkar NTT) dalam survai bakal calon gubernur NTT. Dari enam indikator yang digunakan dalam survai, Laiskodat unggul lima indikator atas Medah. Lima indikator tersebut adalah kemungkinan terpilihnya kandidat (15,6 persen), image/jujur (8,9 persen), media sosialisasi dengan menggunakan kalender/stiker/poster/selebaran (53,7 persen), media sosialisasi dengan menggunakan spanduk/baliho (51,3 persen) dan indikator awareness (kenal) terhadap tokoh (55,2 persen). Laiskodat juga unggul atas Drs. Frans Lebu Raya (Wakil Gubernur NTT/calon gubernur NTT dari PDIP) pada indikator media sosialisasi dan awareness. Itu lebih dikarenakan Laiskodat sangat gencar dalam pengerahan alat sosialisasi. Medah unggul atas Laiskodat pada indikator tentang top of mind (Medah 10,4 persen; Laiskodat 10,2 persen).Sementara Lebu Raya unggul atas Laiskodat pada indikator kemungkinan terpilihnya kandidat. Setelah dilakukan sebanyak lima kali, suara Lebu Raya meningkat relatif lebih besar dibandingkan kandidat lain. Lebu Raya juga unggul pada indikator top of mind (17,8 persen).Hasil LSI tersebut dibantah secara berturut-turut oleh Cyrilus Bau Engo (Sekretaris DPD I Partai Golkar NTT), Drs. Hendrik Rawambaku (Wakil Ketua DPD I Partai Golkar NTT) dan Gustaf Jacob, S.H (Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar NTT).Ketiganya mengatakan, hasil LSI yang dikabarkan telah beredar masih sebatas isu karena sampai saat ini DPD Partai Golkar NTT belum menerima hasil LSI. "Isu itu dikembangkan berdasarkan kepentingan- kepentingan subyektif, dan untuk menguntungkan orang lain. Karena, sampai saat ini, fakta hasil LSI belum ada," kata Gustaf, saat itu.Bantahan terakhir datang dari Koodinator Wilayah Partai Golkar NTT, Enggar Lukito. "DPP belum juga mengirim hasil LSI kepada DPD (maksudnya Partai Golkar NTT). Lagi pula, hasil LSI itu bukan untuk dipublikasi," kata Enggar saat dihubungi ke hand phonenya, Selasa (26/2/2008). (ely)

KOMENTAR Web Organizer:
Bila Hasil LSI tetap jadi acuan terhadap siapapun maka kesannya tetap :Parpol apalagi partai sekaliber Golkar telah kehilangan percaya diri untuk dengan sebaga potensi dan kemampuan sereta sekaligus hak konstitusionalnya kalah PAMOR dibanding Lembaga Survay (Swasta).Ini namanya melewati jembatan Gantung. Sekaliber apapun suatu kapabilitas Lembaga Survay bila ditinjau dari sudut penelitian,maka pengalaman survay (suvay 1 calon presiden kemarin)dan survay tidak lebih dari 100 kali sample maka terlalu NAIF bila MENDUGA keinginan rakyat.khususnya simpatisan Golkar untuk lebih memfaforitkan salah satu calon. Artinya Pengakuan tersebut merupakan pengingkaran terhadap fungsi daan peranan partai....jadi mau di bawa kemana rakayat kita ...wah Gimana Bung ajalah....




Tidak ada komentar: