Sabtu, 29 Maret 2008

MUNGKINKAH SEJUTA SEMUT MELUMAT GAJAH????


 


USMAN GUMANTIK,SE



 GESEKAN DAN TARIK MENARIK DI SEKITAR PILGUB-NTT PERIODE ( 2013-2018)



Peta pertarungan politik di pentas pilgub NTT dari hari- kehari  semakin marak. Paling tidak itu terlihat ketikan Golkar sebagai salah satu Partai besar masih belum juga mampu menetapkan calon tetap, siapa yg bakal di usung utk maju bertarung di perhelatan pentas PILGUB-NTT kali ini.Gesekan dan perebutan pengaruh antara kubu Iban Meda dgn Drs. FRITZ DJU BIDA                                  kubu Rotok semakin menajam. Klaim bahwa salah satu pihaklah yg lebih mendapatkan dukungan rakyat masih belum juga usai. Survay publik sebagai syarat utama pencalonan Partai Golkar masih belum memberikan keputusan, siapa yg terpilih dan di usung oleh paratai berbaju kuning ini.  Sementara pihak Rotok tetap memasang strategy bermain di dua kaki, karena sejak semula pasangan rotok-Abraham Liyanto juga menyiapkan pintu masuk lain (independen).Sementara di kubu lain perebutan pengaruh di tubuh artai besar (Partai Demokrat ) juga tetap berlangsung sengit antara kubu Benny K Harman dgn rekan sesama partainya Itta Gah. Kubu Esthon -Tallo yg di usung Partai Gerindra dan PDS tampak percaya diri krn minim gesekan walau perebutan pengaruh sang wagub dgn gubernur (Frans Leburaya) ini sesungguhnya secara diam-diam terus saja berlangsung. PDIP konon walau tampak telah aman tetap saja masih terus bergerilya merebuit pengaruh partai-partai PPP,PKB dan PKS  plus Hanura (partai berhaluan Islam kecuali Hanura). Pergerakan PDIP ini akan meringankan beban Kubu Benny  K Harman dlm usaha merebut pengaruh DDP PD .Di luar persaingan antara calon-calon dari partai-partai yg memiliki kursi tersebut, partai-parati NON SIT juga tdk kalag gesit. Partai non sit dengan sigab membentuk koalisi BHINEKA utk mengusung calon mereka sendiri..Partai NON SIT ini yg berjumlah 19 partai dgn akumulasi 22,8 persen suara ini bagaimanapun adalah kuda hitam yg sewaktu-waktu mencuri peluang> Kabar terakhir dari dari sekian banyak peminat yg mengambil formulir ,hanya tiga yg mengembalikan formulir isian dan terakhir tinggal kubu Benny Bosu dan kubu FRITZ-USMAN (FIRDAUS) yg dinyatakan telah resmi mendaftar. Persaingan antara Kubu Bosu dgn kubu FIRDAUS masih terus berlangsung. Masih ada beberapa tahab (FIT and PHROPER). Na/mun berdasarkan isu yg santer di dengar, kubu FIRDAUS lebih besar peluangnya.Pengalaman Fritz Dju Bida ketika menjadi Wakil Bupati Kupang dan kemampuan menguasai masalah lokal menjadi modal kuat ketika harus menggandeng calon wakilnya yg terbilang seorang bankir senior (Usman Gumanti,SE). Paduan antara figur yg berpengalaman di bidang operasional birokrasi dgn ekonom (bankir) mereka klaim sebagi paduan yg saling mengisi da menjadi modal kuat memecah kebuntuan pembangnan di NTT. Fritz yg merupakan putra Sabu ini tampak sudah banyak makan asam garam politik lokal NTT sementara Usaman yg akrab di sapa Jhony lebih banyak fokus ketika membicarakan bagaomana agar investasi dapat mendarat di NTT. Bankir senior yg bertempat tinggal di Jakarta ini adalah juga putra NTT asli. Lahir di Sumba, kecil di Pulau Timor. Putra salah satu pemuka Muslim NTT dan Polisi ini tampak sekali lebih tenang menyikapi peta persaingan di pilgub kali ini. Usman Gumantik yg adalah keluarga besar Baranuri asli Ende ini tdk menjanjikan apa-apa selain kerja keras. Statemennya yg menyatakan ' kamimaju bukan utk mengalahkan atau memenangkan siapa-siapa, kami maju krn telah siap memikul beban yg selama ini di biarkan oleh para pememimpin sebelumnya'. Dua pasangan ini mengajak rakyat utk bersatu, menyatukan tekad utk sesegeramungik mengejar ketertinggalan NTT..(oleh : Max Umbu)









Sabtu, 22 Maret 2008

Jumat, 2008 Februari 22

BIJAK.....Be Jack...Man
Mayjen Purn (marinir) Beny Balukh-Usman Abubakar (Jhony Abubakar)
PAKET ( BIJAK - Be… JACK )
Siap bertarung dalam Pilgub-NTT (2008-2013)
Semakin memburuknya perekonomian nasional ,daerah sampai pelosok pedesaan akibat terpaan badai krisis ekonomi global yang dipicu dan dipacu oleh membumbungnya harga minyak dunia dan kelangkaan sumber bahan baku produkasi membuat kita calon pemimpin,pemimpin dan rakyat harus sudah mulai melakukan koreksi menyeluruh terhadap modal,model,modul dan modus pembangunan.Strategy,teknis dan taktis permasyalahan pembangunan jelas sedang diterpa ujian dan masih jauh dari pujian.Pembangunan daerah (NTT) miniature rencana pembangunan nasional (pembangunan manusia seutuhnya-memanusiakan manusia),maka pilar ipoleksosbud,Huk-HAM,hankam harus bisa menjadi pelor dan bukan sekadar piar.Demokrasi harus dapat menjadi de-markasi (pemberi batas yang jelas) antara cara-cara hidup yang menciderai demokratisasi, sehingga batas tegas antara demokrasi dan anti demokrasi tidak terjebak wilayah abu-abu (grey area/politik buta menjadi politik “tuba” bagi rakyat). Endingnya hakyat terjebak derma-kisah,derma-kasih,derma-kasi dan bahkan derma-kasus.Drama derma (politik memberi dan menerima-take and give) telah menjalar sampai akar rumput (new mode-modus).Disisi lain banyak para birokrat dan pengusaha asik-asik (koor bareng/ sama kan suara) menina bobokan rakyat dengan berbagai janji-janji muluk (modus politik-janji sekarang tunggu waktu yang akan menjawab-entah kapan).Ini yang dinamakan akur (bukan a-kur/a-koor) yang harus sesegera mungkin di hentikan. Politik semacam ini perlu sesegeramungkin di KIR (koreksi-introspeksi-responsibi I lity) ulang/setiap saat (hukum dan oleh rakyat).Kita harus care terhadap nasib rakyat yang sedang dirundung penderitaan tak ber ujung (care-fully). Lingkaran beracun (cyrcle of poison) pada epicentrum/pusat sumbu kekuasaan/penguasa/birokrasi (borokrasi) yang bermesraan /kongkow (tuba dianggap tabu) perlu segera di Therapy-bukan di Terapin) dengan “suara/kedaulantan rakyat melalui pilkada/pilgub).Kedaulatan rakyat (suara-pemilih) ini sesungguhnya merupakan palu godam (GADA dan TONGKAT bukan sekedar memberi hiburan bagi rakyat-tapi lambang dan lembing kedaulatan rakyat).Rakyat harus be-King dan The King (jadi Raja-dilayani) dan menjadi deking pembangunan yang bermartabat (martabat rakyat harus terjaga-tidak bisa di perjual belikan-barang dagangan politik). Suara/kepercayaan rakyat memiliki nilai bukan harga.Bagaimana meng-ukur,meng-ukir dan meng-akurkan suara rakyat sehingga dapat menjadi Modal-model-modul dan modus dalam membangun NTT, harus menjadi syarat utama cagub/cawagub NTT periode (Thn. 2008-2013).Mayjen Purn (Marinir) Beny Balukh dan patnernya Usman Gumantik Abubakar (Jhony Abubakar) memberi singkatan nama pasangan keduanya “ BIJAK”, karena mencermati kondisi NTT sampai dengan akhir-akhir ini semakin marak dengan hiruk pikuk pilgub yang semakin tidak menentu, membuat paket BIJAK ini meyatakan sikap serius untuk mengambil bagian dalam perhelatan pesta demokrasi ini.Karena bila tidak, dikhawatirkan “ Nasib dan masa depan NTT akan ditentukan orang lain”.BIJAK terkadang diplesetkan juga oleh kalangan tertentu sebagai Be…Jack.Dan agar lebih akrab dengan gaya muda-mudi (pemuda itu aset jangan di hasut.Generasi muda itu : pemadu-pemandu dan pemudah sedangkan geberasi tua bukan sekadar monument hidup tapi dokumen hidup yang bersinergi dengan pemuda) di plesetkan Be….Jack man…Istilah ini membawa pesan moral yang cukup dalam. “Bijak itu ke-bajik-an dan harus menjiwai setiap kita,Bijak itu juga mampu mem-bujuk walau BAJING(maling/ pencuri) sekalipun untuk kembali kejalan yang benar (tanpa kekerasan) untuk secara bersama-sama ikut bersama seluruh agen pembangunan di daerah untuk mem-BAJAK/bekerja/unjuk kerja dan unjuk kinerja.”demikian kata Pak Beny .Lebih lanjut beliau katakan “ Istilah ini di pakai,bukan sekadar untuk gagah-gagahan,tetapi lebih jauh adalah membawa pesan moral bagi setiap kita sekaligus memberi jiwa/roh pada visi-misi paket ini . Pemimpin harus mau Nyekar (turba) menyambangi rakyatnya yang telah,sedang dan akan mati rasa,mati harapannya,mati masa depannya.Dan jangan Nyakar (cakar-cakaran) antara rakyat dangan pemimpinnya atau antara rakyat dengan rakyat.Ini semuanya harus di TAKAR dan jangan di TUKAR.Labih lanjut MEKARkan harapan/keinginan rakyat.Tidak boleh di antara kita MAKAR-MANGKIR kontrak politik dan sosial yang telah dibuat bersama rakyat”.Lebih lanjut beliau berujar “dimana posisi setiap kita (memposisikan diri) dan kita harus sepakat mau mulai dari mana dan akan kemana ketika di NTT, ada pilihan untuk menjadi KISAH- ASIK- SAKSI- AKSI - SIKSA yang bermuara pada KASIH juga SAYANG di antara kita.Ambil contoh,untuk kisah korupsi (ASIK) dimana/bagaimana kita memposisikan diri kita?.Apa kita ikut ASIK-ASIK?, ataukah kita memposisikan diri sekedar hanya sebagai SAKSI?,atau kita telah berperan ber-AKSI memberantasnya?,atau apakah kita telah dan akan menjadi salah satu obyek/SIKSA korupsi?.Yang jelas setiap kita dituntut untuk berperan aktif .Yang jelas dan pasti tidak ada istilah AMAN bagi para koruptor bila saya nanti mendapat kepercayaan menjadi NTT-1.Lebih jauh juga ,tidak ada yang IMUN/IMUNISASI (kebal) dari penyakit KKN ini. Saya pun berharap tidak ada yang meng-IMANinya, dan meng AMINkan perbuatan korupsi/KKN. Biasanya KKN/koruptor juga ada IMAMnya/God Fathernya dengan rantai beracun (circle of poisonnya) kita akan hancurkan”. “Korupsi (KKN) itu merupakan sikap/tindakan RAKUS yang mengambil jalan pintas yang tidak pantas dan harusnya di pantang, KKN telah me-RASUK dan me-RUSAK dan lebih jauh ter-KURASnya potensi segala sumber daya di daerah.Jangan ada istilah SUKAR namun kita harus ber-SUKUR karena kita masih diberi kesempatan untuk turut andil/berperan dan mari kita bentuk aliansi strategis, konstruktif dan efektif untuk membabat penyakit KKN ini. Bila di percaya memimpin NTT nantinya ,maka saya sudah siapkan solusi yang bukan sekadar selisih kecil dari selusin permasyalahan di daerah kita.Terhadap modus politik yang membingungkan rakyat ,apa yang akan bapak sikapi tanya penulis “Politik POCO-POCO (maju kena-mundur kena/dapat) atau politik PICA-PICA yang mirip politik warisan penjajah (devide et impera) di NTT oleh sekalangan “yang berkepentingan” akan menjadi prioritas saya juga nanti. Seperti yang adik katakan waktu lalu kalau “dalam pelukan ada pelakon,dan ada pelakon dalam pelukan” itu banyak benarnya dan itu bagi kita merupakan warning dan saya tidak akan WORRY(ragu), bersama rakyat kita nyatakan WAR (perang) terhadap modus jahat tersebut “sergah Pak Beny.Bidang Ekonomi bagaimana Pak?,tanya penulis lagi “ modal utama kita sumber daya daerah yang akan disinergikan dengan proses produksi (teknologi tepat guna/sasaran) yang bersifat massal, market dan distimulasi managemen usaha yang efektif serta permodalan dalam dan luar negeri, mesin ekonominya kita perbaiki. Potensi laut akan mendapat perhatian (lumbung pangan abadi). Untuk jelasnya bagaimana segala potensi sumber daya kita di kelola saya ajak mari kita kunjungi web-site yang telah di buat konsultan kami. Disitu kita akan lihat bagai mana telah dipersiapkan formulasi di bidang kesehatan (mis:kapsul malaria/Demam berdarah, teknologi fortifikasi makanan lokal yang kaya asam amino artinya lebih maju ,bukan sekadar kurang kalori protein lagi dan semuanya dengan bahan baku lokal kita ), konstruksi (raw material), pendidikan (memacu pertumbuhan ilmu alam) ,dan seterusnya. Penyakit malaria merupakan salah satu biang dari kemiskinan di daerah kita.Ancaman lost generation terus menguntit kita.Sikap sabar mencermati kondisi politik NTT bermuara pada pernyataan kesediaan untuk dicalonkan sebagai pasangan/paket cagub/cawagub memang santer terdengar (mempertanyakan kesediaan paket ini).Sikap sabar ini cukup beralasan karena adanya tekanan dan titipan politik serta kesepakatan yang tidak bulat (tidak rasional).REKAM JEJAK KARIER KEMILITERAN Mayjen Purn (marinir) BENY BALUKH ,SAMPAI DENGAN TAHUN 1997PAKET CAGUB NTT PERIODE 2008-2013( BIJAK- Be... Jack )Dari data yang ada rekam jejak kemiliteran Myejen Purn (marinir) Beny Balukh ,diantaranya :Cesoc Field Artillery Scholl USA tahun 1972,USMC COMM & Staff CLG USA Thn 1983,Orientasi bidang kejuangan Tahun 1984,Sus Atase pertahanan/Intek Start Thn 1988,Kra XXV Lemhanas Tahun 1992/1993 dan Sussospol ABRI VII Thn 1994/1995.Pendidikan Non Kemiliteran yang sempat diikuti :antaralain,Tar SU MPR RI thn 1990,American Languge Vourse Tahun1982, Tar (Penataran P4) Pola Calon Penatar 144 jam Tkt Nasional Tahun 1995.Jabatan yang pernah dipercayakan /diemban :Pus KKO/Yon Hub/Pasi-4 (Log) Pus KKO/Yon Hub /Kie "A"/Dan Armada/Pasko Arma/Sat Komlek/Pasi-2 (Ops).Hankam/Kogasgab/Den Kom BTP-5/Dan Komar/Yon Komlek/Wadan, Komar/Menbanmin Mar/Yon Komlek/PGS Dan,Komar/Menbanmin Mar/Yon Komlek/Dan,hankam/Seskoal/Dep.Stra/Bag Nas/KA,Korman/Brigif-2/Yonif-2/Dan, Komar/Brigif-2/SOPS/PA,Mabes ABRI/As Athan RI Ur Laut Washington DC-USA,Kormar/Brigif-2/Dan,Komar/Kepala Staf. Mabes ABRI/Sesko ABRI/Tanaga Ahli Tk.II Bid.Iklat,dan Mabes ABRI/Sesko ABRI/Wadan.Tugas Operasi Seperti :SEROJA (1975) sebagai Wa Pasiops/Dandenkom BTP-5/Pasmar-1,dan SEROJA 1985 sebagai Dan Satgab Badik,BTP-2 Nar/Dan Sektor Viqueque.Tugas Luarnegeri :USA-1972 :Pendidikan Kecabangan, Philipina (1977) Latihan, USA (1983) Pendidikan Sesko,USA (1988) Penugasan di KBRI/AS Athan Urusan Laut, Vietnam (1992) Study Banding, Thailand (1993) Study Banding, Khambodja (1993) Meninjau, Mianmar (1993) Studi banding, RRC (1994) Study Banding, Malaysia (1996) Direktur Latihan Bersama Indonesia-MalaysiaTanda-tanda Jasa yang pernah diterima :BT. Yudhadarma Nararya, BT. Jalasena Nararya, SL. Seroja,,Vet.Pemb. Kemerdekaan RI,SL,Kesetiaan XXIV,SL. Dwidya Sistha, The Legion Of Merit (USA).Cacatan :Pernah menjabat sebagai Ket Fraksi ABRI di DPR/MPR-RI, Wakil Badan Ptprita Batam dan terakhir sampai dengan sekarang sebagai Penasehat Badan Otorita Batam.Oleh : Max Umbu

KARIER MILITER-POLITIK dan BIROKRAT


REKAM JEJAK KARIER KEMILITERAN Mayjen Purn (marinir) BENY BALUKH ,SAMPAI DENGAN TAHUN 1997
PAKET CAGUB NTT PERIODE 2008-2013
( BIJAK- Be... Jack )

Dari data yang ada rekam jejak kemiliteran Myejen Purn (marinir) Beny Balukh ,diantaranya :
Cesoc Field Artillery Scholl USA tahun 1972,USMC COMM & Staff CLG USA Thn 1983,Orientasi bidang kejuangan Tahun 1984,Sus Atase pertahanan/Intek Start Thn 1988,Kra XXV Lemhanas Tahun 1992/1993 dan Sussospol ABRI VII Thn 1994/1995.
Pendidikan Non Kemiliteran yang sempat diikuti :
antaralain,Tar SU MPR RI thn 1990,American Languge Vourse Tahun1982, Tar (Penataran P4) Pola Calon Penatar 144 jam Tkt Nasional Tahun 1995.
Jabatan yang pernah dipercayakan /diemban :
Pus KKO/Yon Hub/Pasi-4 (Log) Pus KKO/Yon Hub /Kie "A"/Dan Armada/Pasko Arma/Sat Komlek/Pasi-2 (Ops).Hankam/Kogasgab/Den Kom BTP-5/Dan Komar/Yon Komlek/Wadan, Komar/Menbanmin Mar/Yon Komlek/PGS Dan,Komar/Menbanmin Mar/Yon Komlek/Dan,hankam/Seskoal/Dep.Stra/Bag Nas/KA,Korman/Brigif-2/Yonif-2/Dan, Komar/Brigif-2/SOPS/PA,Mabes ABRI/As Athan RI Ur Laut Washington DC-USA,Kormar/Brigif-2/Dan,Komar/Kepala Staf. Mabes ABRI/Sesko ABRI/Tanaga Ahli Tk.II Bid.Iklat,dan Mabes ABRI/Sesko ABRI/Wadan.Tugas Operasi Seperti :SEROJA (1975) sebagai Wa Pasiops/Dandenkom BTP-5/Pasmar-1,dan SEROJA 1985 sebagai Dan Satgab Badik,BTP-2 Nar/Dan Sektor Viqueque.
Tugas Luarnegeri :
USA-1972 :Pendidikan Kecabangan, Philipina (1977) Latihan, USA (1983) Pendidikan Sesko,USA (1988) Penugasan di KBRI/AS Athan Urusan Laut, Vietnam (1992) Study Banding, Thailand (1993) Study Banding, Khambodja (1993) Meninjau, Mianmar (1993) Studi banding, RRC (1994) Study Banding, Malaysia (1996) Direktur Latihan Bersama Indonesia-Malaysia
Tanda-tanda Jasa yang pernah diterima :
BT. Yudhadarma Nararya, BT. Jalasena Nararya, SL. Seroja,,Vet.Pemb. Kemerdekaan RI,SL,Kesetiaan XXIV,SL. Dwidya Sistha, The Legion Of Merit (USA).
Cacatan :Pernah menjabat sebagai Ket Fraksi ABRI di DPR/MPR-RI, Wakil Badan Ptprita Batam dan terakhir sampai dengan sekarang sebagai Penasehat Badan Otorita Batam.
Oleh : Max Umbu

PAKEY BIJAK (CAGUB NTT 2008-2013)

BENY BALUK-JHONY ABUBAKAR PAKET (BIJAK)
MERUBAH NTT KETIKA DEMOKRASI MENJADI DE MARKASI antara DERMA KASI - DERMA KISAH NTT HARUS BERUBAH PERUBAHAN BUTUH:MODAL-MODEL-MODUL dan MODUS dan MUARANYA MAYJEND(Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR (Bung Jhony)
(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)
Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu dengan harga mahal,maklum masih pagi.Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang dipanas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).PenulisMax Umbu,TANGGUNG JAWAB PARPOL (Legislatif),TOKOH ADAT/MASYARAKAT,ORMAS,PEMUKA AGAMA TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RANGK PILGUB NTT (2008-2013)Judul di atas mengundang kita untuk turut serta memberikan peran aktif dalam rangkan pembangunan daerah(NTT).PILKADA,sebagai salah satu mekanisme demokrasi bukan sekedar proses dan kebiasaan/pesta demokrasi basa-basi,tapi lebih jauh adalah suatu tujuan luhur dari kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih di era-globalisasi yang menuntut dan menuntun kita untuk berinteraksi secara positif dengan semua sektor dan komponen penentu pembangunan demokrasi/pembangunan itu nsendiri.Sebentar lagi NTT sebagai salah satu daerah/Propensi yang selama ini kental dengan julukan daerah/propinsi miskin,tidak luput pula mau-tidak mau,suka-tidak suka,akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang konon akan menyerap biaya/cost sebesar 102 Milliar Rupiah. Ini angka yang tidak kecil ter;lebih bila kita kaitkan dengan situasi dan kondisi NTT saat ini.Sukses tidaknya pesta demokrasi ini,tidak akan lepas dari peran serta semua komponen daerah (para wakil rakyat di DPRD1 dan 2,DPD,Birokrat,Masyarakat dan para pemukanya dan juga takluput ormas dan pemuka agama).Semua komponen tadi harus punya rasa tanggung jawab terhadap kondisi riil di NTT yang kita tahu bersama mel;ekat dengan tradisi "kemiskinan".Lilitan kemiskinan ini memberi dampak pada segala sektor kehidupan masyarakatnya.Sukses tidaknya pembangunan daerah di NTT tergantung pada: Bagamana rakyatnya,bagaimana calon pemimpinnya,bagaimana interaksi positif (AKUR) antara kedua komponen tersebut.Artinya pemimpin harus benar-benar mencerminkan pilihan dan keinginan nurani rakyat itu sendiri,dan sebaliknya pembanghunan itu sendiri bergantung pula pada bagaimana rakyat mengenal,memahami dan menyelami hati,pikiran dan pola tindak laku sang pemimpin.Peranan Parpol,tidak dapat di kesampingkan,walaupun akhir-akhir ini mendapat kecaman pedas masyarakat.Kinerja dan unjuk kerja Parpol kedepan masih akan mendapatkan ujian untuk mengapai pujian.Kajian visi dan misi partai partai memang harus terus dilakukan agar dapat menjadi instrument terpenting dalam menjaring calon pemimpin.Karena saat ini fungsi penjaringan ini telah nyata dan akan semakin nyata mulai bergeser pada lembaga-lembaga tertentu (lembaga POOLING).Partai besar sekalipun seakan dan memang telah kehilangan tajinya dalam urusan ini.Hal lain "jebakan-jebakan" prosedural internal partai berpotensi besar mengkandaskan calon potensial. Polotik gizi,cost politik,pintu masuk (tanpa pintu keluar), tabur/ tebar pesona, dan masih banyak instilah lainnya yg digunakan dalam pesta demoktrasi.Sesungguhnya yang dicari untuk perbaikan NTT, adalah sosok atau figur yang potensial yg secara real harus atau belum masuk dalam dalam virus2 tsb di atas. Kata pendek, FIGUR BERSIH harus di cari/diburu , bukan figur yg mencari Parpol, Tanggung jawab tsb semua element tersebut dipertaruhkan ke publik NTT.Lihat hasil real di NTT, ada busung lapar, masuk dalam salah satu propinsi termiskin (pemimpin NTT selama ini cendrung menghindar kenyataan ini dan sekalu belokan hal ini seolah tidak terjadi apa2).Inilah kenyataan yg dihadapi rakyat NTT. Historical telah membuktikan apa yg di hasilkan pemimpin NTT selama ini? Tapi rasa malu, pembohongan publik terus diplokmairkan dengan serentetan statement di media maupun dalam tatap muka.Rasa tanggungjawab, seolah tidak mau tau apa yg terjadi sesungguhnya.Lihat PAD, dana-dana yg "tertidur" disejumlah bank plat merah, yg tidak digunakan. Padahal dana yg harus dimplemnetasikan untuk kepentingan publik (miskin). Lalu pertanyaannya uang itu kenapa tidak digunakan? sungguh menyedihkan, pemimpin melakukan pameran pembohongan terhadap rakyatnya sendiri.Berhenntilah dengan pola2 lama, siapa yg terkenal,punya uang banyak, kepentingan2 tertentu, dialah yg dicari untuk menjadi pemimpin, tanpa melihat latar belakangan, kemampuan indididu, status hukum, kebrhasilan selama memimpin. Anehnya lagi yg sudah gagal, masih mau mejadi pemimpin di NTT. Apakah yg dicari adalah kekuasaan, materi, prestise atau kepentingan pribadi dan negatif lainnya??Pemimpin harus kedepankan pengabdian, bersih hati,bersih diri, bersih lingkungan, tanpa harus membodohi rakyat NTT yang sudah sengsara.
KAMUS JOKE POLITIK :
OLEH: MAX UMBU
1. Tiada lagi BIBIT,BOBOT,BEBET yang ada hanya BABAT Mannnnnnn.......!!!!!!!2.Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung sudah " menjadi" dimana bumi di pijak disini langit di JINJING (berat lhooooooo.....????!!)3Politikus belajar KUR,pemimpin belajar AKUR,rakyat pun CARE (KERE?????)4.bersambung.......

Selasa, 18 Maret 2008

ADU SISTEM-ADU MEKANISME JARING KANDIDAT CAGUB NTT

Mell daftar di Golkar
KUPANG, PK -- Ketua DPRD NTT, Drs. Mell Adoe yang juga adalah kader Partai Golkar, Selasa (18/3/2008), mendaftarkan diri di DPD I Partai Golkar NTT sebagai bakal calon Gubernur NTT dari Partai Golkar. Mell menjadi figur pertama yang mendaftar di Golkar.Saat mendaftar di Sekretariat Golkar NTT di Jalan El Tari II-Kupang, kemarin, Mell mengingatkan bahwa Golkar perlu membuka telinga untuk mendengarkan suara masyarakat NTT. Sebagai partai kader dan partai besar, katanya, Golkar tidak punya pilihan lain kecuali mendukung kandidat yang dikehendaki masyarakat.Sebelum mendaftar, Mell Adoe diberi kesempatan oleh Ketua Tim Pengarah Pilkada Partai Golkar NTT, Aleks Ena, untuk menyampaikan sepatah dua kata. Saat itulah Mell mengingatkan tentang perlunya Golkar mendengar suara masyarakat. Mell Adoe juga mengajak semua kandidat yang mendaftar melalui partai ini untuk saling menghormati dan tidak saling menghujat. Menurutnya, petunjuk pelaksanaan (juklak) partai sudah ada dan semua kandidat serta jajaran pengurus Partai Golkar wajib mengikuti juklak ini agar tidak terjadi konflik yang memecah belah Partai Golkar.Mell Adoe menambahkan, Golkar punya kewajiban untuk melakukan pendidikan politik pada warga NTT. Salah satu caranya ialah memilih calon yang diinginkan masyarakat NTT. Mell Adoe secara resmi mendaftar pada pukul 11.54 Wita. Ratusan warga yang menumpang puluhan sepeda motor, dua truk dan beberapa mobil mengantar Mell mendaftarkan diri. Rombongan Mell Adoe ini diterima oleh Aleks Ena, Gustaf Jacob dan sejumlah pengurus DPD I Partai Golkar NTT. Dalam sambutan singkatnya, Ena mengatakan, Mell Adoe menjadi kader pertama yang mendaftarkan diri. Hal ini menunjukkan keseriusan dan kesiapan Mell Adoe.Ena juga menjelaskan, pendaftaran dibuka dari 18 - 22 Maret 2008. Baik kader Golkar maupun nonGolkar, katanya, dipserilahkan mendaftarkan diri karena Partai Golkar partai terbuka.(dar)
===================================================================

KOMENTAR WEB DESIGNER:

TERUMBU bagi figur calon Gub/wagub NTT telah di design dan di pasang sebagai alat "JARING" calon potensial (dalam persepsi Parpol Golkar).Tinggal TERUMBU mana yang mampu MENARIK PERHATIAN calon figur potensial untuk MASUK DALAM LORONG-LORONG RAHASIA INI. Ada TERUMBU biasa (asalan terumbu/tradisional) yang masuk selamat-keluar selamat (alias low risk) dan ada terumbu dengan design menarik namun dengan segala resiko (masuk pake JAS,keluar bisa-bisa tinggal kolor/baju dalam). PERANGKAP jaring alias TERUMBU ini pada tempat/posisi yang tepat dan dengan waktu yang tepat di harapkan akan mampu menjaring IKAN yang OGAH makan dan RENTAN UMPAN POLITIK. TERUMBU ini sangat mungkin menjadi GEMBOK BAJA bagi figur yang sedang HAUS dan DAHAGA kekuasaan. TERUMBU INI pun merupakan UPAYA CERDIK Parpol untuk menjaring petualang politik dan akan menjadi strategi jitu bagi figur yang KEBAL RAYUAN POLITIK parpol selama ini. Parpol tinggal memainkan kartu SIKON,kondisioning/menciptaan situasi sedemikian rupa agar para figur dan gerembolannya TERGIRING ke dalam TERUMBU TRADISIONAL ataupun TERUMBU TERBALIK POLITIK PARPOL. Jadi kalau sebelumnya para figur yang memainkan modus BUNG LON/BUNG..... LONG ,Figur yang bermoduskan BUNG A LOAN belum juga terhipnotis dengan Ayat-ayat Parpol maka, untuk mendapatkan BUNG.....MAX (figur yang responsif ala parpol) ,harapan terakhir agar tampak ada sopan santun demokrasinya serta mengandung nilai-nilai ETIS,ESTETIS dan ETOS di RE-ENGINEERING lah suatu PERANGKAT yang sekaligus jadi PERANGKAP POLITIK yang tidak lain dan tidak bukan " TERUMBU". Inilah yang dinamakan MENANGKAP IKAN tanpa UMPAN.Tinggalah ikan/figur mana (termasuk gerombolonnya) yang masuk perangkap dan bila telah masuk perangkap akan dengan mudah di jadikan "ALAT/DI PER ALAT",tentunya sesuai misi dan Visi PARPOL.Selanjutnya Penggojlokan atau bahkan "BRINE WASHING/CUCI OTAK" para figur dilakukan unyuk MENGHAPUS MEMORI PESAN-PESAN LAMA (bila perlu DICANGKOKKAN sejenis JATI DIRI BARU)dan akhirnya lahirlah FIGUR BARU dengan JATI DIRI yang harus dapat perpikir,bertindak dan merasakan denyut pembangunan sesuai dengan PERINTAH dan KENDALI pemegang REMOOT KENDALI.Sudah barang tentu kendali ada di tangan partai ybs (para petinggi,hulubalang,punggawa dan anggota partai dengan kasta terhormat dalam partai ybs).Perebutan REMOOT KONTROL inilah yang sering menjadi kendala secara intriksik dan ekstrinsik.REMOOT KONTROL di bawa kemana pergi,kemana mau dan kemana suka.Gejala dan fakta inilah yang akhir-akhir ini memancing LIBIDO publik/rakyat jelata yang terkadang masih di anggap MELATA (kasta alas kaki) untuk menyingkap "RAHASIA dan ANOMALI" di balik tirai dan benteng pertahanan parpol yang semakin hari berdiri ANGKUH di atas TUMPUKAN dan GUNDUKAN penderitaan rakyat.Kecaman ,keras,jahil,jorok dan terkadang sedikit pujian rakyat jelata ini seakan tidak ada hentinya. Benteng ketahanan dan pertahanan partai semakain GONTAI dan sedikit NANAR (jalan keluar alias SOLUSI hanya menemukan SELISIH yang semakin menganga).Kiat mengait animo dan partisipasi rakyat dalam pesta keil demokrasi didaerah sudah menjadi MILIK dan WARISAN yang TIDAK WARAS bagi Parpol.TUAN PESTA bukan lagi Rakyat,tetapi yang MEMINJAM TANGAN RAKYAT (Pemegang SIMBOL) yang masih beralaskan TRANSAKSI NILAI DEMOKRASI SEMU ,yakni PARPOL. Seakan TIADA JALAN LAIN KEROMA.Katup demokrasi di tutup,rakyat kalap,parpol berpesta dalam kelap-kelip pesta demokrasi (rakyat sudah jadi TAMU). Akhirnya akan tiba saatnya MUTAN nilai demokrasi(penyimpangan genetik demokrasi).

Yang jelas bila begini jadinya pasti akan ada KORBAN dan KURBAN dan yang menjadi penting untuk direnungkan,apakan ini suatu pilihan???Siapkan kita-kita menerima COUNTER ATTAC dari aksi demokrasi babi buta ini???.Mana yang TABU,mana TUBA,mana BATU....pilih mana dan apa terserah anda........



MAX UMBU

===================================================================
PKB siap koalisi dengan Golkar atau PDIP
DEWAN Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (DPW PKB) NTT terhitung mulai 19-24 Maret 2008 membuka pendaftaran bagi bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Sebagai partai nasionalis, PKB terbuka untuk semua kandidat tanpa melihat asal usul figur yang mendaftar. Selain harus berkoalisi dengan partai non seat, PKB NTT juga siap berkoalisi dengan Partai Golkar atau PDI Perjuangan. Demikian diungkapkan Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB NTT, Drs. Daniel Hurek kepada wartawan di Sekretariat DPW PKB NTT di Kupang, Selasa (18/3/2008) malam. Hadir pada kesempatan tersebut, Ketua Dewan Syuro DPW PKB NTT, Elias Ludji Pau, Ketua Majelis Kebangkitan, Drs. Stanislaus Stanis, M.Si dan para pengurus lainnya."Kami baru saja menerima surat keputusan DPP PKB tentang kepengurusan DPW PKB NTT. Setelah menerima surat, kami langsung membentuk tim penjaringan kandidat yang kami sebut Majelis Kebangkitan. Tugasnya adalah menerima pendaftaran para kandidat, menyaring dan menganalisa untuk dipertimbangkan apakah layak atau tidak menjadi calon dari PKB," jelas Hurek.Dia mengakui bahwa PKB NTT dengan empat kursi di DPRD Propinsi NTT tidak memenuhi syarat untuk sendirian mengajukan paket, sehingga harus berkoalisi dengan partai lain. Koalisi, kata Hurek, bisa disiapkan oleh kandidat dan bisa juga oleh partai. Ditanya, tentang bagaimana sikap PKB kalau seandainya kandidat tidak bisa menyiapkan koalisi, Hurek mengatakan bahwa mereka sudah menyiapkan alternatifnya. Mengenai peluang PKB untuk berkoalisi dengan Partai Golkar atau PDI Perjuangan, Hurek mengakui bahwa peluang tersebut ada."PKB di NTT baru berusia sembilan tahun, sehingga semua orang pasti tahu seperti apa kader yang kami miliki. Semua orang bisa menjadi calon PKB. Kalau kader Golkar atau PDI Perjuangan mau berkoalisi dengan kami, mereka harus mengikuti mekanisme dan aturan di PKB. Mereka harus mendaftar dan memaparkan visi misinya di hadapan forum Musyarawah Kebangkitan. Yang pasti, PKB NTT hanya mendukung figur yang bisa memenangkan Pilkada. Kami akan memanfatkan moment- moment akhir untuk mengambil sikap," tegas Hurek.Hurek mengakui bahwa saat ini ada beberapa kandidat yang sudah melakukan pendekatan, namun karena SK DPP baru tiba, maka pihaknya belum bisa mengambil sikap. "Kalau ada yang melakukan pendekatan, itu biasa dalam berpolitik. Namun, untuk menentukan apakah menerima mereka atau tidak, ada mekanismenya. Bolehlah visi dan misi mereka bagus, namun kalau tidak sesuai dengan juklak yang sudah kami buat, maka tetap akan ditolak. PKB berkewajiban untuk membuka pintu bagi semua kader potensial yang mau bergabung," ujarnya. Ditambahkan Stanislaus Stanis bahwa setelah proses pendaftaran usai, para bakal calon yang sudah mendaftar harus memaparkan visi misinya dalam musyawarah kebangkitan yang akan digelar 25-27 Maret ini. Ditanya apakah PKB menerima uang pendaftaran dari para kandidat, dengan tegas Stanislaus Stanis mengatakan bahwa pendaftaran tidak dikenakan biaya. "Semua orang tahu tentang Pilkada Kota Kupang. Satu sen pun PKB tidak menerima uang dari kandidat. Kalaupun nanti ada dana, itu sudah menjadi konsekuensi politik. Tapi, itu akan terjadi kalau kandidat benar-benar sudah diterima untuk diajukan sebagai calon dari PKB," jelas Stanis. (eko )

==================================================================
KOMENTAR WEB DESIGNER:

MANA YANG MELAMAR dan MANA YANG TUNGGU DI LAMAR tergantung MANA YANG LEBIH GUANTENG Tohhhhh......

==================================================================

GIZI BURUK KUBUR DALAM-DALAM

Gizi buruk dan 'lost generation
'Oleh : Fidel Hardjo-
Alumnus STFK Ledalero, kini staf Televisi TBN of Asia, tinggal di Manila.
-"It is better to be a cow in Europe than to be a poor person in a developing country", (Stiglitz, 2006:85).
KORBAN gizi buruk di NTT kembali merenggut lima balita di Rote Ndao (Kompas, 7/3/2008). Hati kita serentak tergugah, terengah lalu terhanyut hilang. Ketika korban berikutnya muncul dan muncul lagi, reaksi kita tetap sama: tergugah - terengah - terhanyut hilang. Reaksi dan cara kita sudah menjadi rutinitas sekenanya saja. Tanpa disadari korban terus berjatuhan, tolong jangan dianggap angin lalu saja! Ini penyakit serius yang men-trigger lost generation baru kita. Kita menghitung jumlah korban tak ubahnya menghitung biji kelereng. Bayangkan, tahun 2005 sebanyak 66.685 balita di NTT mengalami gangguan gizi (Pos Kupang, 10/3/2008). Setiap tahun angka korban ini terus meroket. Jumlah angka korban pun tak jarang dipolitisir. Sampai kita tidak tahu mana data yang akurat, karena kalkulasi korban sudah kecantol dengan akrobat politik. Terlepas akurat tidaknya data korban tapi satu hal yang pasti, korban sudah eksis dan terus bertambah. Ini salah satu bukti nyata bahwa para pemimpin kita memang belum punya tekad yang serius menyelamatkan nasib anak-anak gizi buruk ini. Apalagi, kebanyakan korban gizi buruk begitu akrab dengan keluarga miskin, kurang berpendidikan, dan tidak mengerti apa itu hidup sehat dan lain sebagainya.Situasi batas inilah yang menyeret mereka tidak berdaya. Siapakah yang memedulikan nasib mereka? Mau mengemis bantuan ke samping, ke belakang, ke depan tapi semua tetangga, kurang lebih tertimpa nasib yang sama. Sama saja menggantung harap pada akar yang lapuk. Satu-satunya harapan mereka adalah pemerintah. Pemerintah adalah 'kepalanya' rakyat. Fungsi kepala manusia sama persis dengan fungsi kepala (baca: pemimpin) pemerintahan. Kepala kita diberi dua mata, dua telinga, dua lobang hidung, dua otak kiri-kanan. Artinya, dengan kesempurnaan indrawi kepala, posisinya lebih tinggi berfungsi untuk mengatur tatanan tubuh agar berjalan secara maksimal.Begitupun eksistensi pemimpin dalam arti sesungguhnya adalah 'kepalanya' rakyat. Sebagai kepala, ia harus mampu berdiri sama tegak, duduk sama rendah dengan rakyat, untuk mengatur tatanan sosial secara optimal. Ia melindungi dan mengupayakan keselamatan rakyat dalam situasi emergensi sekritis apa pun. Kita sadar bahwa ada banyak banyak persoalan yang telah menyedot energi pemimpin kita. Tahun 2008, NTT sibuk dengan suksesi politik beruntun, mulai dari suksesi pemilihan gubernur sampai pemilihan bupati. Pusing tiada duanya. Sementara tahun 2009, kita sibuk dengan pemilu presiden, tentu lebih heboh. Bukan tidak mungkin, persoalan gizi buruk akan tinggal menjadi 'riak-riak kecil' yang bisa terlupakan. Jangan memberi kesan, pesta politik jauh lebih penting daripada penyelamatan korban gizi buruk yang sedang berada di depan pelupuk mata kita. Pemerintah sebaiknya peka terhadap persoalan emergensi yang sedang mendekap rakyat. Nilai emergensitas itu sangat ditakar oleh impak kritikal penderitaan. Kalau korban gizi buruk sudah lebih dari 66.685 orang, itu bukan lagi penyakit biasa tapi itu sudah terkategori 'bencana' atau kejadian luar biasa. Mengapa? Karena, selama ini kita sering melihat perspektif korban sebagai korban penyakit biasa. Implikasinya, cara dan solusi yang kita berikan juga biasa-biasa, bahkan terkesan paling meremehkan. Tak heran, hasilnya seperti apa yang kita saksikan sendiri sekarang, jumlah korban terus melambung. Dengan mendifinisikan secara tepat, situasi korban dalam perspektif 'bencana' maka akan membantu mindset dan attitude kita untuk bereaksi cepat, tepat dan efektif. Penderitaan korban gizi buruk di NTT sama halnya nasib para korban gempa bumi atau bencana alam, yang pernah menghantam beberapa belahan nusa Flobamora ini. Korban jiwa berjatuhan. Padahal, semuanya masih bisa diantisipasi sedini mungkin. Hanya bedanya, korban gizi buruk menyerang dan merenggut korban satu persatu dalam barisan antrean yang panjang. Tapi, kalau jumlah korban dihitung-hitung maka jumlah korban gizi buruk boleh jadi lebih banyak daripada korban dissaster yang pernah menghempas kita. Lima korban anak gizi buruk dari Rote Ndao baru-baru ini, hanyalah gunung es yang mengindikasi bahwa penyakit gizi buruk di daerah kita memang sudah pada level parah. Inilah realitas critical point yang perlu mendapat concern ekstra dari pemimpin kita. Situasi emergensitas terindikasi oleh berjejernya barisan para korban yang sudah dan sedang menuju liang lahat. Pada umumnya, para korban adalah anak-anak balita, yang tidak mengerti apa-apa akan destini kehidupan mereka. Kalau saja, mereka disuruh untuk memilih: apakah mau dilahirkan di wilayah gersang seperti NTT ini atau tidak, mungkin saja mereka memilih untuk tidak memilih dilahirkan. Mengapa? Karena, anak-anak ini dilahirkan secara miskin dan dibesarkan pula secara miskin. Selain keluarga miskin melarat, pemerintah juga pelit hati untuk mengurus nasib mereka. Padahal, anak-anak ini menjadi tiang penyangga nasib NTT ini ke depan. Dari sekian anak-anak ini, ada banyak potensialitas yang mereka miliki untuk menyangga keberlanjutan NTT ini melalui prestasi, talenta dan kecerdasan mereka. Mungkin saja, ada di antara mereka yang genius di bidang pertanian, kelautan, hightech, bahkan astronot sekalipun. Tapi, sayangnya kita tak peduli dengan nasib mereka sekarang. Semua talenta, kecerdasan dan prestasi mereka, kita kuburkan pagi-pagi dengan ketidakpedulian. Itu berarti secara tidak langsung kita menggiring NTT ini memasuki babak gelap yaitu babak lost generation, yang memangkas berlahan-lahan masa depan propinsi ini. Maka, benar kata Stiglitz, lebih baik menjadi sapi piaraan di Eropa daripada menjadi anak-anak di negara miskin, apalagi menjadi anak-anak NTT.Sebelum korban gizi buruk terus berjatuhan, sebaiknya pemerintah mengambil langkah antisipatif signifikan. Paling tidak, kita berupaya menyelamatkan masa depan NTT tercinta ini, dengan menyelamatkan balita yang sedang bergulat dengan penyakit gizi buruk ini. Kita sering terbentur dengan masalah dana. Apalagi, kita hanya berpasrah dengan proposal dana ke Jakarta. Kalau dana itu belum dikabulkan atau dicairkan maka entah sampai kapan kita menunggu dan menunggu. Penyakit menunggu ini (cargo cult mentality) menurut Sosiolog Eri Seda, menciptakan kesadaran palsu (false consciousness). Kita pasrah miskin, bodoh dan tidak bisa apa-apa, selain mengandalkan orang lain untuk mengubah keadaannya. Sampai kapan? Mengapa kita tidak bisa berbuat lebih? Dana dari pusat digulir, lalu kita ramai-ramai beli biskuit dan susu, kemudian dibagi-bagikan kepada keluarga anak-anak korban gizi buruk. Bagi-bagi susu dan biscuit tidak menyentuh persoalan sebenarnya. Mengapa kita tidak bisa lebih kreatif memasak sumber makanan yang merupakan hasil keringat kita sendiri. Daerah kita bisa tanam jagung dan umbi-umbian. Manfaatkan produksi lokal ini.Kita bisa mengelola jagung dan umbi-umbian menjadi makanan yang berenergi bukan sekadar menyuplai biskuit dan susu. Potensi laut kita juga masih perawan. Lautan kita kaya akan banyak ragam ikan. Mengapa kita tidak bisa mengerahkan kekuatan daerah untuk memanfaatkan potensi laut ini? Masyarakat diberi pendidikan gratis untuk terjun bekerja sebagai nelayan. Dengan demikian, selain kita dapat jual ikan dan kita sendiri bisa makan ikan sebagai makanan yang bergizi. Dengan demikian dana bantuan dari pusat dikonsentrasikan kepada biaya penelitian. Penelitian terhadap penyakit gizi buruk ini sangat diperlukan. Agar kita tahu data dan formula yang akurat dan selanjutnya dapat menentukan kebijakan yang tepat. Dana ini juga bisa dipakai untuk biaya datangkan dokter ahli dengan pengobatan gratis kepada rakyat miskin. Bukan untuk beli biskuit, susu dan permen, lalu habis perkara.Inilah yang dinamakan kreatif. Seorang pribadi kreatif berjiwa optimisme. Ia melihat kesempatan dalam setiap kesulitan bukan sebaliknya melihat kesulitan di setiap kesempatan (Winston Churchil, mantan Perdana Menteri Inggris). Orang kreatif bukan hanya tahu mengonsumsi, tapi selalu eksplorasi dengan kreativitas baru. Lucuti mental konsumtif kita. Dari laporan Sri Hartati Samhadi di Kompas (23/12/06) tentang busung lapar di NTT menyatakan, menggerojok dana ke NTT seperti 'menggerojok air' ke padang pasir. Padahal, setiap tahun dana yang digelontorkan ke NTT mencapai Rp 4,5 - Rp 5 triliun. Namun kesejahteraan tak membaik. Mengapa? Karena, kita tidak punya komitmen sejati untuk mengelolah uang itu secara efektif dan tepat sasar. Oleh karena itu, marilah kita bahu-membahu menanggunglangi penyakit gizi buruk di NTT dengan komitmen yang serius. Korban gizi buruk adalah bencana, bencana lost generation NTT!
==================================================================
KOMENTAR WEB ORGANIZER :
=========================================
RUPA BURUK POLITIK ,GIZI BURUK BALITA mengancam masa depan NTT.
GIZI BURU juga melanda politikus dan Balita. POLITIKUS kurang GIZI.Apa yang dapat di harapkan dari politikus yang kurang gizi????.Kita harus percaya BERKERJALAH DAHULU selebihnya AKAN DI TAMBAHKAN,bukan di kalikan atau dikurangi namun yang pasti akan di bagi dan mendapatkan bagian (BAIK/BURUK).
===================================================================
*Parpol dan apatisme atas pilkada
Oleh- Laurensius Sayrani Staf pengajar Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP UNDANA, Kupang; Koordinator Bengkel APPeK (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung)----------------------------
DINAMIKA politik lokal di NTT saat ini memasuki babak baru. Pilkada untuk memilih gubernur dan Wakil Gubernur NTT lima tahun ke depan telah dimulai. Pilkada mempunyai esensi sebagai suatu mekanisme seleksi ketat oleh rakyat untuk memilih dan menakar dengan cerdas calon-calon pasangan dalam usaha mencari pemimpin yang the best of the best. Namun, mesti dipahami bahwa pilkada tidak berproses dalam ruang hampa. Dalam realitasnya, pilkada dipengaruhi oleh berbagai prasyarat dan faktor pengganggu yang dapat saja membiaskan demokrasi menjadi demo-crazy. Pilkada NTT saat ini sedang dalam proses di mana partai politik (Parpol) di tingkat lokal sedang dan sudah merekrut kandidat untuk bersaing dalam pemilihan nantinya. Proses ini terasa begitu penting diawasi karena di sini menjadi awal seseorang dipilih untuk bersaing dalam pilkada. Parpol memegang posisi teramat strategis dalam tahapan ini. Parpol memang mempunyai hak istimewa sebagai pintu masuk bagi siapa pun yang ingin menjadi kepala daerah. Dengan demikian kita patut memberi awasan atas proses ini dan selanjutnya menentukan sikap atas proses ini.Soal peran parpolTampilan peran parpol bisa dimulai dengan mengkritisi militansi parpol atas idiologi yang diusungnya. Idiologi parpol merupakan cita-cita, orientasi, pilihannya atas sejumlah soal, dan sebagainya yang kemudian menjadi identitas dan karakter parpol tersebut. Sisi lain dari parpol yang beridiologi kuat adalah pragmatisme. Kita mesti mengakui bahwa parpol di tingkat lokal masih dicirikan dengan karakter pragmatis. Dan ini menjadi ciri dominan parpol di tingkat lokal. Pragmatisme dicirikan dengan tampilan parpol yang bergerak atas dasar kepentingan praktis, subyektif, bersifat jangka pendek dan tentatif. Pragmatisme menjadi dasar membangun koalisi dan menentukan kandidat. Koalisi pragmatis paling tidak ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, tidak jelasnya koalisi antarparpol yang kecenderungannya dapat saja berbeda antara parpol di tingkat pusat dan daerah; berbeda dalam pemilu presiden dan wakil presiden; serta berbeda pula pemilihan gubernur dan wakil gubernur maupun bupati dan wakil bupati. Lalu apa patokan koalisinya? Rakyat kemudian sulit menentukan apa sesungguhnya isu pokok perjuangan parpol yang kemudian akan terjabar ke program pembangunan yang lebih operasional.Kedua, tidak kuatnya idiologi parpol memungkinkan maraknya calon yang lompat pagar dari satu parpol ke parpol lain seenaknya saja. Pada suatu kesempatan pemilihan, para kandidatnya adalah "musuh' tetapi hari bisa saja menjadi satu visi, satu suara dan sati hati. Jika demikian akan kita sulit menentukan apa sebenarnya cita-cita dan arah perjuangan parpol atau seorang elit politik lokal. Anggapan bahwa di politik tidak ada yang kekal kecuali kepentingan seolah-olah dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan baik adanya. Ketegasan visi dan arah perjuangan dianggap slogan omong kosong. Oligarki parpol dalam pilkada menjadi perilaku ikutannya. Oligarki parpol merupakan dampak jika suatu parpol tidak dibangun secara demokratis dengan standar yang jelas, transparan dan partisipatif. Elit parpol menjadi begitu dominan dalam menentukan kandidat. Lobi-lobi dalam "kotak hitam" ciri negosiasi elite parpol. Mekanisme rekrutmen kandidat tidak didasarkan atas prinsip partisipatif dan transparan. Kita bisa menyaksikan maraknya dukungan satu parpol kepada lebih dari satu calon yang terjadi di beberapa pilkada kabupaten. Cabut mencabut dukungan atas kandidat hingga urusan duit antarelite dengan gamblang dipertontonkan. Negosiasi elite dan gilirannya konflik antarelite parpol mewarnai dengan indah tampilan parpol berebut dominasi tanpa mekanisme yang jelas.Kondisi ini sebetulnya juga menunjukkan ketiadaan relasi antara parpol dengan rakyatnya (konstituen). Boleh jadi parpol sungguh tidak mengenal dengan baik siapa dan di mana konstituennya. Relasinya keduanya cuma relasi manipulatif, rakyat sebatas sebagai mesin suara saja. Konstituen tidak secara dini diajak menentukan siapa yang pantas dicalonkan melalui suatu parpol. Parpol pun dipastikan tidak mengenal secara baik kebutuhan dan permasalahan rakyat secara memadai. Parpol tidak secara dini menjadi wahana untuk mendiskusikan soal rakyat secara intens dan mendalam. Jika demikian siatuasinya, kandidat yang direkrut pun hadir dengan visi dan misinya masing-masing, penuh warna-warni, kadang seragam antarkandidat yang satu dengan lain dalam parpol yang berbeda. Ini menjadi indikasi awal bahwa visi pembangunan yang jelas sedang dalam posisi abu-abu. Dapat disimpulkan bahwa visi atau arah perjuangan kandidat hanya sekadar basa-basi politik, dan bukan menjadi perjuangan parpol dan kandidat. Jika demikian situasinya, maka jangan harap akan muncul pemimpin hasil pilkada yang berkarakter dalam membangun NTT. Yang ada adalah pemimpin dengan visi sebagai konsep di atas kertas, menjalani fungsi pemimpin sebagai rutinitas, tanpa inovasi dan menjalani kepemimpinannya apa adanya.Kinerja pemimpin di tingkat lokal saat ini cukup membuat kita "was-was" atas nasib pembangunan NTT ke depan, jika kita gagal memilih pemimpin yang berkualitas. Ada kepala daerah yang gencar mempromosikan menanam jarak karena itu menjadi program pemerintah pusat dan karena ada dananya. Namun hasilnya banyak anakan yang mati dan tak terurus. Ada juga yang menanam ribuan ubi dengan dana miliaran rupiah tetapi hasilnya cuma puluhan persen dengan harga jual yang sangat rendah. Busung lapar pun makin menjadi-jadi yang hanya membuat sang pemimpin gagap dan basa-basi mengeluarkan surat keputusan sebagai kejadian luar biasa. Ini menjadi beberapa contoh kecil jika pemimpin tidak memiliki visi yang kuat tetapi hanya mampu menjalani rutinitas tanpa makna.Apatis : suatu perlawananJika demikian adanya proses awal pilkada saat ini, maka bagaimana kita mesti memaknai proses ini? Memaknai pilkada dengan sikap apatis -- demikian sikap beberapa orang yang saya rekam dalam berbagai diskusi kecil, baik di Kampus FISIP maupun di Bengkel APPeK. Ketika saya melihat latar belakang beberapa orang tersebut, saya dapat memastikan bahwa apatis yang mereka pilih bukan sebagai suatu kepasrahan, tetapi ini adalah pilihan yang didasarkan atas situasi tidak demokratis. Dengan demikian sikap apatis ini menjadi simbol perlawanan rakyat atas siatuasi yang mereka anggap tidak demokratis tadi. Dalam perspektif ini, sikap apatis menjadi sesuatu menarik untuk diapresiasi dan didiskusikan. Dalam teori politik, partisipasi politik menjadi bagian penting dibicarakan. Huntington misalnya mengaitkan antara tingkatan partisipasi politik dengan modernisasi politik yang terjadi. Lester Mibrath lebih lanjut dalam skema jenjang partisipasi politik menganggap bahwa sikap apatis adalah jenjang yang terendah dari jenjang spektator, transisional dan gladiator. Dengan demikian, sikap apatis dalam pilkada adalah pilihan minor di tengah arus utama pemikiran politik dalam mendorong demokrasi. Lalu bagaimana sikap apatisme mesti dipahami. Apatisme menjadi pilihan menarik yang patut dicermati karena ini menjadi suatu perspektif baru dalam memahami dan memberi sikap atas situasi empirik politik (pilkada) saat ini. Apatisme menjadi counter teori atas situasi tidak normal yang tidak memadai dijelaskan dengan teori arus utama. Apatisme bagi mereka adalah refleksi kesadaran rakyat jelata yang muncul dalam sikap penolakan atas situasi (pilkada) dengan tidak mengambil bagian secara aktif dalam proses itu. Apatis adalah pilihan politik yang rasional bagi kelompok ini. Walaupun mungkin hanya sebagian kecil saja yang memilih sikap ini, namun sikap apatis sesungguhnya menjadi sebuah ironi dan sinisme yang dibuat sebagai ejekan yang menohok atas perilaku elite. Sikap apatis sekaligus sebagai bentuk delegitimasi atas kekuasaan yang hendak dibangun. Sikap apatis menjadi kekuatan yang dapat merapuhkan sendi-sendi kekuasaan yang terbangun secara arogan manipulatif.Apatis menjadi pilihan di tengah ketiadaan mekanisme yang adil dan demokratis antara elite politik dan rakyat. Relasi yang terbangun adalah adalah relasi elite sebagai kelas penguasa dan rakyat sebagai kelas yang dikuasai-meminjam istilah mosca. Dalam konteks relasi ini, rakyat dituntut partisipasinya demi langgengnya kekuasaan. Partisipasi sekedar menjadi menjadi alat melegitimasi kekuasaan kelas penguasa.Pilihan atau bersikap apatis ini menjadi penolakan realistis jika kita sungguh dihadapkan pada proses pilkada "ketoprak humor" yang hanya penuh lawakan dan tipu-tipuan. Pilkada yang menjadi panggung paling gamblang dalam menampilkan tokoh-tokoh yang pandai bersandiwara, memainkan peran yang mampu membuat penonton (rakyat) tertawa terbahak-bahak, menangis secara silih berganti. Pilkada patut disebut hanya sebagai panggung ketoprak humor, ketika prosesnya hanya sekadar suatu proses formalistis; sesuatu yang berjalan tanpa spirit demokratis; dan tidak menjadi medan kedaulatan rakyat dalam makna yang substantif, tetapi menjadi panggung manipulatif terhadap rasionalitas dan nurani.Kita hanya berharap bahwa parpol lokal mesti berbenah diri dalam sisa waktu yang tersisa. Tunjukkan dengan jelas arah perjuangan dan komitmennya atas soal rakyat. Kembangkan model organisasi yang demokratis yang memungkinkan rakyat dapat berpartisipasi secara aktif dalam pilkada. Dengan demikian, kita juga mesti mendorong agar rakyat terutama yang memilih sikap apatis untuk menjadi hal ini sebagai langkah awal perjuangan untuk lebih aktif mengembangkan model partisipasinya jika memang ruang yang demokratis untuk rakyat tersebut dibuka. *
===================================================================
KOMENTAR WEB ORGANIZER:
========================================
Berbicara koalisi partai maka ada satu fakta dan kisah menarik seorang pelukis.Bicara urusan melukis maka jauh dari dengan apa yang disebut cerdik pandai.Karena yang bermain adalah perasaan.Persaan yang telah teruji dan terbukti dan dapat dibuktikan dengan tampilan akhir dari kepandaian/kelihaian menarik garis-garis tegas,garis halus dan bahkan garis maya,garis tegak,garis miring,garis melingkar dengan gradasi dan perpaduan warna warna pada kanvas.Ini mampu mengundang kepuasan,penasaran dan terkadang dapat saja dan bahkan teramat sering menjadi telaahan ilmiah.Perpaduan/perkawinan berbagai jenis serta konsentrasi (kuantitas/kadar) warna kata kuncinya.KOMLEMENTARY COLOR/WARNA KOMLEMENTER dari hasil perpaduan berbagai WARNA KEPENTINGAN.Kepentingan pribadi atau kepentingan parpol,kepentingan etnis,kepentingan agama dan kepentingan yang mungkin saja masih tersembunyi dan disembunyikan?. Politikus kawakan,pandai dan mampu membaca peta kepentingan dan peta jaman (paling tidak dalam konteks Lokal).
Warna kepentingan komplementer sebagai hasil dari perpaduan berbagai parpol di setiap strata pusan,propinsi dan daerah tingkat dua ini pada akhirnya harus bisa bersinergi positif dengan komplementer kepentingan politik Nasional.Mamapukah para politikus/elit mengasah intuisi politiknya sebagai mana TUKANG LUKIS????? Yang jelas kita saat ini sedang menanti dan mengimpikan seorang pelukis ulung/pelukis politik.MELUKIS NTT BARU YANG BENAR BENAR BARU.
===================================================================

Senin, 17 Maret 2008

FIGUR CAGUB DARI GOLKAR: TATAP-TITIP-TUTUP????

Jusuf Kalla tidak titipkan figur
* Golkar buka pendaftaran cagub

KUPANG, PK--Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membuka pendaftaran calon gubernur NTT selama enam hari, terhitung mulai hari ini, Senin (17/3/2008). Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla tidak menitipkan figur calon gubernur dari PartaiGolkar. Siapa saja yang mau jadi calon gubernur bisa mendaftarkan diri melalui Golkar karena sifatnya terbuka untuk umum.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar Propinsi NTT, Gustaf Jacob, S.H, saat ditemui di kediamannya di Walikota, Minggu (16/3/2008). "Pendaftaran tidak hanya berlaku bagi kader Golkar hasil rakerdasus Detusoko tahun lalu. Tapi terbuka untuk umum. Siapa saja yang mau menjadi calon gubernur bisa melamar," katanya.
Gustaf menjelaskan, keputusan membuka pendaftaran dilakukan setelah DPD I Partai Golkar NTT mendapat arahan dari Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla.
"Pada tanggal 12 Maret lalu, Ketua DPD I Partai Golkar (Drs. I A Medah) didampingi saya dan Wakil Ketua DPD I Partai Golkar NTT (Anwar P Geno) menghadap Ketua Umum DPP Partai Golkar. Kami melaporkan tentang pelaksanaan penetapan calon gubernur dari Partai Golkar dalam pilgub NTT. Berdasarkan laporan itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar beri petunjuk segera mempersiapkan proses penetapan calon sesuai dengan prosedur dan mekanisme internal Golkar. Ini karena waktu sudah mepet jadi segera proses," kata Gustaf, sembari menegaskan, pendaftaran tanpa memungut biaya.
Gustaf menegaskan, pertemuan Ketua DPD I Partai Golkar dan Ketua Umum DPP Partai Golkar tidak dalam konteks meminta restu. Jusuf Kalla juga tidak menitipkan figur yang dijagokan untuk diperjuangkan menjadi calon gubernur.
"Di Golkar tidak ada anak emas. Proses dan mekanisme pencalonan terbuka untuk siapa saja. Pak Ketua Umum sangat menghormati demokrasi. Sehingga siapa yang ditetapkan berdasarkan aspirasi masyarakat (botom up). Siapapun yang memenuhi syarat umum (syarat UU) dan syarat khusus (syarat internal Golkar), dia yang ditetapkan," tegas Gustaf.
Gustaf mengatakan, Jusuf Kalla mengingatkan agar penetapan calon gubernur dan wakil gubernur dilakukan selambat-lambatnya tanggal 28 Maret 2008. Penetapan dilaksanakan dengan asas-asas demokrasi dan memperhatikan komposisi penduduk NTT dari segi etnis dan agama.
"Komposisi penduduk NTT, yang beragama Katolik dan Protestan yang terbanyak. Jadi, sangat realistis jika gubernurnya dari Katolik dan wakilnya Protestan. Atau gubernur Protestan dan wakilnya Katolik. Dengan tidak menutup peluang bagi yang lainnya, tapi Ketua Umum mengharapkan agar penetapan calon memperhatikan komposisi penduduk," kata Gustaf.
Tentang ketidakhadiran Koordinator Wilayah Partai Golkar NTT, Enggar Lukito dan Ketua Tim Pilkada Partai Golkar NTT, Drs. Alexander Ena saat pertemuan dengan Jusuf Kalla, Gustaf Jacob mengatakan, "Mereka berhalangan hadir karena sibuk. Tidak ada yang dilangkahi. Sekretaris (Cirylus Bau Engo, Red) berhalangan sehingga saya yang wakil sekretaris dan Wakil Ketua DPD I Parttai Golkar NTT, Anwar Geno, diajak. Kami sudah buat pengumuman pendaftaran calon untuk media, dan itu ditandatangani oleh Pak Alex Ena sebagai Ketua Tim Pilkada. Jadi tidak ada masalah," kata Gustaf.
Menyinggung tentang hasil survai tahap II oleh Lembaga Survai Indonesia (LSI), Gustaf mengatakan belum ada. "LSI itu hanya sebagai salah satu indikator untuk mengetahui berapa hebat setiap calon. Itu hanya konsumsi internal parpol. Saya harap masyarakat tidak terkecoh karena sampai saat ini hasil LSI belum ada," katanya.
Sebelumnya, Jumat (7/3/2008), Koordinator Wilayah Partai Golkar NTT, Enggar Lukito, mengatakan, Golkar masih menunggu hasil survai tahap II dari LSI sebelum menetapkan calon gubernur dan wakil gubernur untuk diusung dalam Pilgub NTT.
"Survai kedua ini sedang berjalan dan akan selesai pada Minggu kedua Maret (2008). Aturan mengatur survai bisa dilakukan dua kali," kata Enggar, saat itu ketika dihubungi Pos Kupang ke handphone-nya.
Sumber Pos Kupang mengatakan, LSI telah selesai melakukan survai tahap II. Hasil survai tahap II tidak jauh berbeda dengan hasil survai pertama, dimana Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H (anggota DPR RI/Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar NTT) unggul popularitas dari Drs. Ibrahim A Medah (Ketua DPD Partai Golkar NTT). "Untuk Flotim dan Lembata, misalnya, Viktor memperoleh 90-an persen," ujar sumber itu, yang terlibat survai LSI. (aca)



Jadwal Partai Golkar

17 - 22 Maret : Pembukaan pendaftaran
22 Maret : Pengembalian blanko pendaftaran ke Tim Pilkada.
23 Maret : Verifikasi persyaratan bakal calon gubernur
24 Maret : Rapimdasus. Penyerahan hasil verifikasi dan penetapan calon gubernur.
25 - 27 Maret : Rapat pleno membahas calon wakil gubernur dan penetapan paket
28 Maret : Deklarasi calon gubernur dan wakil gubernur
KOMENTAR WEB ORGANIZER :
Apa yang menarik dari skenario/modus Golkar NTT dalam usaha menetapkan cagub/cawagub NTT periode 2008-2013????. MERAYU sambil MERAYAP?? atau lebihtepatnya mau diberi julukan apa?.Persepsi politik lokal ataupun persepsi politik dalam konteks politik Nasional gejala apa yang sedang dialami partai Partai berlambang Pohon Beringin ini???. Simpangsiur statement beberapa calon Gub atau yang merasa dan mengklaim diri lebih pantas atau yang merasa di tunjuk oleh ketum Golkar Jusuf Kalla ataupun yang merasa mendapat mandat versi LSI (pinjam/bayar tangan),sungguh merupakan permainan politik iklan gratis/konflik intern jadi-jadian yang sungguh membius Media masa untuk turut memberitakan kejadian heboh disekitar skenario kusut tersebut.
Pernyataan Gustaf yacob,SH (wakil sekretaris DPD I Partai Golkar NTT) mengalami REDUKSI setelah para juragan pemegang tampuk pimpinan DPD Golkar NTT dipanggil KETUM ke Jakarta.Karena konon mekanisme dan proses perburuan calon Gub dari partai ini mengalami kemacetan akibat terjadinya perselisihan diantara PENUMPANG partai dalam menentukan calon yang tepat untuk dapat menjadi jago dalam perhelatan PILGUB NTT. Modus POCO-POCO dan PICA-PICA antar kader pun menghiasi ritme kerja partai ini.Terpaksa partai harus merogoh KOCEK untuk membayar LSI melakukan survay untuk mendapatkan figur mana yang paling "JAGO" untuk berlaga di pentas PILGUB.Namun sayang sungguh sayang usaha maksimal itu DICIDERAI dengan statement KETUM Jusuf Kalla (itu pun kalau memang benar diucapkan ybs) bahwa penetapan dilaksanakan dengan AZAS-AZAS DEMOKRASI dan memperhatikan KOMPOSISI penduduk NTT dari SEGI ETNIS dan AGAMA. Yahhhhhh..........kalau memang itu benar,sekalai lagi maka PANTAS tidak usah di cari,maka cara PINTAS rasanya CUKUP CAKAP untuk di tempuh "TIDAK PERLU PILKADA" Mengama????Hitungan matematis akan membuktikan analisa bahwasanya ETNIS mana mayoritas di NTT??? Pasti jadi pemenang.....,di tambah Agama mayoritas akan menggenapi kemenangan itu ......???? INI LAH KEKALAHAN MUTLAK DEMOKRASI.Apa ini yang namanya menghormati demokrasi????.Walaupun ada sisipan kata-kata "AGAR MEMPERHATIKAN" dalam kalimat KETUM,ini sangat lucu. Byangkan apabila nanti PILPRES juga MENSYARATKAN demikian apa jadinya INDONESIA?????????? Ini jelas bukan demokrasi yang BERES tapi BOROK. SARA dalam DEMOKRASI atau DEMOKRASI dalam SARA???? DEMOKRASI itu tidak pandang BULU,tidak anak EMAS,tidak ada ETNIS EMAS,TIDAK AGAMA EMAS........!!!!!!.Mari koita bercermin pada apa yang telah dan sedang terjadi di belahan PLANET LAIN DI BUMI INI.....!!!!!!!India pernah dipimpin manusia dengan agama lain (ternyata sukses dan bahkan yang bersangkutan di panggil BAPAK yang menjadi contoh dan suri tauladan bagi rakyat Indioa yang mayoritas pemeluk HINDU). Kita tahu IRAK Negara dengan Mayoritas Islam,namun PERDANA MENTERInya yang TERKESOHOR ITU.......TARIK AZIZ (penganut Kristen) sukses juga hanya harus tekuk lutut karena Invasi fasis Amerika. Kita lihat lagi HANAN ASRAWI (wanita Besi asal Palestina) menjadi salah satu penguasa Palestina (PHILISTIN......) dan sempat jadi wakil dan kepercayaan Yasser Arrafat (yang kesohor itu). Kita lihat juga AMIN GEMAYEL sebagai Presiden LIBANON....., di tanah air ada seorang ibu dari PArtai BESAR dengan AGAMA beda bisa menjadi pemimpin di sa;lah satu daerah di JATIM....... Sungguh dangkal kita karena orang yang tidak pernah mengenal KASIH (kalau boleh di bilang begitu) saja mampu MEMPRAKTEKKAN KASIH itu secara benar. Benarlah bila KASIH itu tinggallah jadi KISAH......(Kisah dari ISU yang tak pernah di ASUH).KASIH yang hanya akan melahirkan KASUS. KASIH ITU TIDAK MEMBEDA-BEDAKAN........,Ini ajaran siapa??????.Yang akan di kejar kepuasan munisia atau kepuasan T U H A N???????KASIH itu PANJANG SABAR TIDAK SOMBONG/ANGKUH.KASIH ITU TIDAK MEGAH KAN DIRI dalan yang paling penting KASIH ITU S......U......C.......I..........!!!!!!!!!!! TERSERAH ANDA PILIH MANA

Senin, 10 Maret 2008

BUSUNG LAPAR atau BUSUNG DADA????


Jagalah kebersihan!"(Catatan ringan jelang Pilgub NTT)
Oleh Steph Tupeng WitinRohaniwan,
peminat masalah sosial politik. Tinggal di Maumere

GENDERANG pemilihan Gubernur NTT telah ditabuh pada 15 Februari 2008 lalu. Kampanye pilgub belum lagi mulai. Nama-nama pasangan mulai diumumkan ke tengah publik. Kampanye media telah lama berlangsung. Beberapa calon bahkan sudah lama 'berani' menghadirkan dirinya melalui kartu nama, kartu ucapan, iklan visi-misi, kalender, aktivitas sosial kemasyarakatan maupun safari 'sekenanya.' Kalangan pers dan intelektual menggagas diskusi politik untuk membuka diskursus pemahaman publik untuk terlibat aktif dalam ranah politik-demokrasi. Saat ini NTT bagai gadis cantik yang tengah dirias untuk segera memasuki 'pelaminan demokrasi' Juni 2008. Beberapa kabupaten tengah membenahi 'wajahnya' menjelang digelarnya momen pemilihan kepala daerah secara langsung. Sudut-sudut kota, desa dan kampung diseraki gambar para calon bupati maupun gubernur dalam beragam gaya dan ukuran. Wajah para kandidat tampak begitu akrab dengan keseharian rakyat yang sahaja : di kamar pribadi, kantor, meja kerja, kaca mobil, tanki motor, dinding perahu/kapal motor, terminal, batang pohon, ruang tunggu, bahkan di pintu kamar WC sekalipun!Penulis memiliki pengalaman kecil saat berada di kamar WC rumah makan Bethania di Wolowaru, Kabupaten Ende, Flores. Setiap pengunjung kamar WC laki-laki nomor ketiga akan menyaksikan gambar dua kandidat Gubernur NTT yaitu Wagub Frans Lebu Raya yang diusung PDIP dan anggota DPR RI, Viktor Bungtilu Laiskodat, kandidat yang 'diandalkan' Partai Golkar yang dipasang berdampingan di pintu dalam. Frans Lebu Raya di sebelah kiri dan Viktor Bungtilu Laiskodat di sebelah kanan. Keduanya tampak sedang tersenyum. Viktor sedikit bebas, sedangkan Lebu Raya tampak kaku, terkesan 'dipaksakan.' Boleh jadi gambar Wagub NTT ini diambil dalam keadaan lelah-letih setelah 'bersafari' mengelilingi NTT. Hal yang lebih menarik bagi penulis adalah bahwa di tengah-tengah potret kedua calon Gubernur NTT 2008 itu tertera tulisan dengan huruf besar dan ditimpali dengan nada yang sangat familiar bagi setiap pengunjung 'kamar kecil' itu yaitu 'Jagalah Kebersihan!" Siapa pun yang masuk ke ruangan kecil itu dan meletakkan pantatnya di atas pot WC pasti akan menumbukkan matanya pada deretan kata-kata itu. Tulisan itu mengingatkan setiap pengunjung untuk tidak boleh lupa membersihkan sarana yang telah ia pakai untuk menyalurkan sampah tubuhnya. Peringatan itu melecut kesadaran pemakai bahwa setelah itu masih ada begitu banyak orang yang akan 'duduk' seperti dia. Kata-kata itu menarik perhatian penulis justru karena kehadiran potret kedua calon Gubernur NTT itu yang diprediksikan akan bersaing ketat dalam pilgub yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Di titik inilah tulisan ini menemukan ruang pemaknaannya yang intens. Sebuah 'renungan' ringan dan jenaka yang mengiringi khalayak rakyat NTT untuk memasuki relung-relung politik dan demokrasi. Penulis berpikir bahwa pilkada pertama Gubernur NTT merupakan sebuah ruang politik yang terlalu mahal untuk dicederai dengan aneka tindakan anarkis dan represip. Pilkada juga menjadi sebuah momen bagi rakyat NTT untuk menentukan sosok 'pemimpin sebagai pelayan' yang mengandung di dalamnya keberanian untuk memihak rakyat, komitmen untuk bersama rakyat dan kesahajaan kehendak untuk membangun NTT ini menjadi sebuah 'rumah bersama' yang sehat. Ikhtiar untuk menjadikan NTT ini sebuah ôrumah bersamaö yang sehat terinspirir oleh tulisan sarat makna yang terpampang pada pintu kamar WC di Wolowaru, Ende, Flores itu. "Rumah bersama" yang sehat sebagai cita-cita mesti dibangun dalam bingkai 'yang bersih.' Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Rancangan bangunan 'rumah bersama' itu mengandaikan proses dan elemen-elemen yang terlibat itu secara riil itu bersih, murni dan berkualitas. Pertama, para calon pemimpin NTT mesti tahu diri : apakah dia 'bersih' atau tidak. Ideal ini agaknya diragukan karena proses perekrutan calon adalah wewenang parpol yang juga pantas untuk diragukan 'kebersihannya.' Parpol-parpol selama ini hanyalah kendaraan 'sementara' untuk menuju pintu gerbang kekuasaan (eksekutif/legislatif). Kita jarang memiliki kader partai berkualitas dan militan yang setia berjuang untuk rakyat seperti Bung Kanis Pari dan Simon Hayon (Bupati Flotim). Kita lebih kerap mendengar : pungut uang, kejar proyek, saling jegal, cari muka dan rebut nomor urut. Entah benar atau tidak tapi sinyalemen yang beredar adalah bahwa uang menjadi salah satu syarat penting meski dalam kenyataan menjadi satu-satunya syarat utama. Politisi yang tidak beruang, bersiap-siaplah untuk didepak dari ruang pertarungan pilgub. Politisi senior Golkar, Sarwono Kusumaatmadja, membuktikan ini saat 'terlibat sementara' dalam Pilgub DKI Jaya beberapa waktu lalu. Menurutnya, urusan partai bukan soal mendidik kader partai untuk berbicara tentang kehidupan rakyat, melainkan 'omong siapa dapat apa, duitnya berapa, siapa jadi menteri, siapa duta besar, berapa data perusahaan yang bisa ditekan. Semua karena duit. Dia punya duit, maka jadi calon nomor satu' (TEMPO, 17/6/2007). Di sini kita tertegun. Apakah kita masih bisa berharap bahwa di tengah moralitas politisi dan parpol yang 'bobrok' ini bisa lahir sosok pemimpin yang 'bersih?' Sosok pemimpin yang lahir dari parpol yang mata duitan hampir pasti akan melahirkan pemimpin yang mendatangkan cerita nestapa bagi nusa NTT. Pemimpin model ini akan mengisi masa pengabdiannya dengan intensi agar sedapat mungkin uang yang telah ia keluarkan kembali lagi. Jika kita memilih dia, kita sebenarnya tengah menjerumuskan dia dalam liang penjara korupsi. Kita akan mengakhiri sisa hidupnya dengan cerita yang lazim bagi pejabat : sakit-sakitan, stroke, kursi roda, dan mati mendadak. Kedua, para calon yang maju harus benar-benar mengenal diri. Pengenalan diri akan menerbitkan kepantasan diri untuk maju. Keberanian boleh-boleh saja tapi ingatlah dengan usia. Propinsi NTT membutuhkan sosok pemimpin yang berenergi ekstra untuk merancang pembangunan. Terkait ini, rakyat NTT mesti memilih pemimpin yang memiliki integritas kepribadian yang baik. Janganlah memilih pemimpin yang hanya menjadi tameng untuk menutupi kasus-kasus korupsi yang selama ini mengambang pada dahan kekuasaan politik. Pengenalan diri juga terkait dengan keberanian politik untuk memberantas kasus-kasus korupsi, merombak struktur birokrasi yang mapan, membangun berorientasi rakyat, tidak gampang menjual NTT kepada investor yang serakah dan hanya menjadi 'pion pemerintah pusat' yang gagap dan loyo. Ketiga, rakyat NTT harus memilih pemimpinnya secara rasional. Sosok, kiprah, kinerja, sepak terjang, moralitas sosial, dan kepemimpinan harus dibuka ke tengah publik NTT. Kita tidak memilih pemimpin yang dibungkus dalam karung goni. Rakyat jangan menyerahkan daerah ini kepada tangan pemimpin bergaya preman : mengandalkan uang, dikelilingi bodyguard, membayar penjahat dan hampir pasti merampok keringat rakyat. Di titik ini kita butuhkan pers yang independen untuk menyebarkan informasi tentang para calon kepada publik secara benar dan bertanggung jawab. Pers yang gampang dibeli, muncul dadakan, kaget-kagetan dan musim-musiman sesungguhnya sedang membawa daerah ini menuju kehancuran. Keempat, pilgub kali ini digelar secara langsung untuk pertama kali. Rakyat secara bebas dan bertanggung jawab memilih pemimpinnya. Selama masa kampanye, para jurkam, tim sukses dan calon pilgub akan menjadi sangat akrab dan familiar dengan rakyat. Senyum akan senantiasa menghiasi wajah mereka. Peredaran uang dalam bentuk sumbangan, titipan kilat dan sebentuk kemurahan hati akan bergulir dengan deras. Tapi pilihan tidak boleh dipengaruhi oleh iming-iming apa pun. Relasi emosional, hubungan kekeluargaan, darah atau pun sejenisnya tidak boleh mengarahkan kita untuk salah memilih. Suasana damai penuh kekeluargaan mesti dijaga selama berlangsungnya masa-masa kampanye. Materi kampanye mesti membuka wawasan dan kesadaran rasional rakyat NTT untuk menentukan pilihan secara tepat sebagai pintu gerbang untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah ini. Hindarkan materi kampanye murahan yang hanya mengaduk-aduk emosi rakyat. Rakyat NTT yang majemuk ini tidak membutuhkan sosok pemimpin yang lahir dari tangis, air mata dan tumpahan darah rakyatnya. Pemimpin yang muncul di atas kursi nomor satu NTT mestinya lahir dari kesederhanaan rakyat, kerasnya beban hidup, keringat perjuangan dan komitmen untuk benar-benar mengabdi dan melayani rakyat. Kita harapkan agar pemimpin yang lahir nanti mempersatukan, mempersaudarakan dan merangkul seluruh rakyat dalam rencana pembangunan yang lahir dari kebutuhan, suara dan aspirasi rakyat. Berkas-berkas gagasan ini lahir dari sebuah cita-cita : menjadikan momen pemilihan Gubernur NTT sebagai saat dan ruang untuk melahirkan sebuah proses menuju terpilihnya sosok pemimpin yang 'bersih.' Proses pilgub yang 'bersih' akan melahirkan sosok pemimpin yang 'bersih.' Sosok pemimpin yang bersih akan membangun daerah ini dengan 'bersih.' Proses pembangunan yang dilaksanakan dengan 'bersih' akan memungkinkan daerah ini menjadi 'sehat' secara rohani dan jasmani. Pemimpin yang 'sehat', yang lahir dari proses pembangunan yang 'bersih' akan menyiapkan proses pilgub berikutnya dengan 'bersih'. Pilgub yang dinodai dengan aneka tindakan kejahatan, kekerasan dan kebengisan akan menjerembabkan daerah ini ke dalam lembah kehancuran yang lebih menyakitkan. Maka, marilah kita 'jaga kebersihan' proses pemilihan gubernur kita dengan rasional, benar, jujur, adil dan bertanggung jawab. Inilah tugas kita hari-hari ini.


Komentar Web Organizer :

Sehat spirituil,sehat ilmu dan pengetahuan dan sehat secara sosial. USIA bukan USAI untuk BERNUBUAT-BERBUAT dan BERBUAH untuk NTT.Kita hendaknya tidak menghakimi masa depan kita sendiri.Busung lapar hendaknya bukan busung dada

Rabu, 05 Maret 2008

NASIB CAGUB GOLKAR DITANGAN LSI ?????

Senin, 03/03/2008 23.09 wita
Calon gubernur dari Golkar belum final
Laporan wartawan Pos Kupang,
Alfons Nedabang
KUPANG, PK--Ketua Pemenangan Pemilu Partai Golkar Propinsi NTT, Drs. Alexander Ena, M.Si, mengatakan, sampai dengan saat ini Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar belum memutuskan siapa calon gubernur untuk diusung dalam Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT. "Kami (DPD Partai Golkar NTT, Red) masih menunggu keputusan DPP. Kalau keputusan sudah ada, maka akan dilaksanakan rapimdasus (rapat pimpinan daerah khusus) dan konvensi," kata Alex Ena saat dihubungi ke handphone-nya, Senin (3/3/2008). Pernyataan Alex Ena ini berbeda dengan apa yang disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Propinsi NTT, Drs. Ibrahim Agustinus Medah. Saat ditemui di Hotel Cahaya Bapa-Kupang, Sabtu (1/3/2008), usai pelantikan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) untuk Pilgub NTT, Medah menegaskan dirinya adalah calon gubernur yang diusung Partai Golkar untuk bertarung dalam Pilgub NTT 2008.*
Rabu, 05/03/2008 08.06 witaGolkar akan gelar konvensi
Laporan wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
KUPANG, PK--Partai Golkar Propinsi NTT akan menggelar konvensi untuk menetapkan calon gubernur (Cagub) untuk diusung dalam Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT. Meski demikian, sampai kemarin waktu pelaksanaan konvensi belum dijadwalkan. "Penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari Partai Golkar akan terjadi dalam konvensi partai. Agenda konvensi ini pun hanya dapat dilaksanakan setelah melalui beberapa tahapan penting seperti rekomendasi tiga calon oleh DPP Partai Golkar berdasarkan hasil survai tahap kedua, pendaftaran calon dan kelengkapan dokumen yang diikuti dengan verifikasi oleh Tim Pengarah Pilkada Pusat," kata Ketua Bidang Pemenangan Pilkada Partai Golkar NTT, Drs. Alexsander Ena, M.Si, saat ditemui di Sekretariat DPD Partai Golkar NTT, Selasa (4/3/2008). Alex Ena menjelaskan, konvensi akan diikuti unsur Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I, DPD II dan Ormas/Orsap (organisasi sayap) Partai Golkar. Apabila dalam konvensi tidak terjadi aklamasi tentang calon yang akan diusung, maka akan dilakukan voting block. "Komposisi suara dalam voting block adalah DPP 40 persen, DPD I 20 persen, DPD II 30 persen dan 10 persen untuk Ormas/Orsap," jelas Alex Ena. Alex mengatakan, penjelasan tentang mekanisme pencalonan dalam tubuh Partai Golkar ini dimaksud untuk menangkal kesimpangsiuran pemberitaan media massa beberapa hari terakhir terkait calon dari Partai Golkar.*
Selasa, 04/03/2008 11.30 Rayap, sumber makanan berprotein tinggi
SANUR, PK -- Serangga jenis rayap selama ini dikenal sebagai perusak bangunan maupun bagian bangunan atau peralatan yang berbahan dasar kayu. Hal itu erat terkait dengan kemampuan makannya yang sangat cepat. Padahal, sejumlah jenis rayap sesungguhnya mengandung protein tinggi yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan alternatif bagi manusia. Ahli rayap yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Dodi Nandika, di sela-sela Simposium Kelima Kelompok Peneliti Rayap Asia Pasifik yang diikuti perwakilan 20 negara di Sanur, Bali, Senin (3/3) menyatakan, berdasarkan penelitiannya sejauh ini, terdapat dua genus rayap yang mengandung protein tinggi, yakni dari genus Macrotermis spp dan Glyptotermes spp. "Padahal di Indonesia ini ada sekitar 300 spesies, di mana 233 spesies itu ada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Bayangkan, potensi yang ada pada rayap sebagai sumber bahan makanan alternatif berprotein tinggi. Ini sesungguhnya merupakan berkah tersembunyi dari sifatnya yang lebih kuat sebagai perusak kayu," kata Dodi. Menurut Dodi, pemanfaatan rayap sebagai sumber protein tinggi dapat dilakukan mulai dari makanan yang sifatnya sederhana, seperti membuat aneka penganan, seperti rempeyek rayap, hingga mengolahnya menjadi permen. Bahkan, rayap sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan tambahan untuk pakan ayam. Mengingat jumlahnya yang besar di Tanah Air, tidak sulit menemukan rayap di sekitar tempat tinggal warga. (KCM)




Komentar Web Organizer :


Yang menjadi pertanyaan HRD Golkar sejauh mana telah difungsikan atau ada semacam ketidak percayaan pada internal institusi.Alasan instrument tambahan rasanya bukan jawaban rasional ntapi agak rasio nol.

Rayap sebagai sumber protein:kita bukan lagi di jaman batu.Dunia sudah daam fase bicara kualitas protein (asam amino),jadi apapun penemuan itu namanya cari kerjaan dan jangan mau di kerjain...okay????

Max Umbu