KONTES PILKADA GUBERNUR (ADA SIAPA DI BALIK SIAPA)
( DARI PEMGUSAHA SAMPAI PENGUASA)
Di tengah derasnya arus reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah
(kabupaten) di Indonesai, membawa dampak pada melemahnya pengaruh pusat
atas dominasi para pemimpinan daerah (Bupati dan Wali Kota). Gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat di daerah ( status-kontroversial) dari
hari ke hari semakin tergerus kekuasaan dan kewibawaannya. Apa yg
menarik, perebutan kursi orang nomor satu itu (gubernur) tetap tdk surut
dan bahkan malah semakin sengit. Segala upaya, tenaga, cara, kekuatan
relasi dan tentu kekuatan finansial malah semakin besar dan sulit
diterka sampai batas mana pertarungan itu akan ber/terhenti. Nalar tentu
tentu tdk bisa di akal-akali atau di kelabui atas fenomena yg sedang
terjadi tsb. Pertanyaan, ada di balik status Gubernur yg nyata-nyata
telah kehilangan/terkuiras kekuasaan dan kewibawaannya itu. "Ada gula
,ada semut " mungkin kalimat sederhana tsb bisa membantu kita utk
melacak motif di balik pertarung habis-habisan antar figur-figur balon
Pilkada tsb.Pengorbanan fikiran, tenaga dan juiga menguras beban
finansial yg tdk menyurut tersebut itu membuat kita terus bertanya, "apa
yg hendak di kejar/di capai" , betulkah tdk ada siapa di balik siapa
terkait tersedianya dana-dana kampanye. Para pengusaha/pemodal tdk
kurang gesitnya melihat momen ini sebagai peluang besar untuk memperluas
dan menancapkan kukunya mulai dari kabupaten hingga propinsi. Bukan
menjadi rahasia lagi kalau di balik semua itu terdapat grand strategy "
pengamanan proyek-proyek vital milik para cukong".. Utk memuluskan niat
tersebut para pengusaha tdk akan segan-segan membuang dana besar.
Praktis pengusaha secar tdk langsung ikut bertarung di
ruang gelap.(hal 1- bersambung....).
Pertarungan dan perebutan pengaruh di antara figur2 tersebut tdk terlepas dari bgm kualitas pergerakan tim sukses masing2 calon pasangan, pergerakan mulai dari akar rumput sampai pada kualitas negosiasi di tingkat pusat bagi bbrp partai tertentu. sementara yg lainnya sibuk dengan adu tarung perebutan pengaruh dgn judul "survay publik".Bagaimanapun semua aktivitas pergerakan timsus tersebut menyedot dana/biaya operasional yg tdk kecil.Perang urat syaraf di antara para pesaing tak urung menghiasi media pemberitaan lokal dgn harapan ada umpan balik *respon positif ( masyarakat). Perubahan demi perubahan peta kekuatan di antara para calon pasangan terus menyedot perhatian publik lokal sampai-sampai para calon pasang dan timsusnya lupa mengedepankan program unggulan mereka. Ada calon pasangan yg baru akan menggodok program kerjanya dan ada pula beberapa calon lainnya yg menyembunyikan dahulu program kerjanya agar tdk menjadi sasarn tembak lawan.
Modus bgm meningkatkan elektabilitas pasangan Cagub/Cawagubpun terus di godok ; keterwakilan partai, suku, agama, profesionalisme individu, pengalaman memimpin bahkan sampai ke hubungan kekerabatan terus di olah agar menjadi faktor penguat. Namun semua faktor tersebut akhirnya harus takluk pada satu faktor vital dan vatal ,yakni kekuatan finansial/pendanaan.Sumber pendanaan utama tentu tdk lain daqn tdk bukan adalah pengusaha (lokal maupun nasional). Praktis para Calon harus mampu mendandani diri mereka agar dapat di anggap pantas (potensial menang) di mata para pengusaha.
Modus pengusaha terkait pilkada/Gubernur sesungguhnya tdk kalah serunya dan peliknya. Mrkpun melalui telah menginvestasikan dana cukup besar agar tdk salah dalam membidik calon pasangan yg harus mereka dukung. Pengusaha tentu akan memilih langkah dan cara yg savety utk meminimalkan resiko dan utk itu di antara merekapun melakukan strategy (bermain di dua kaki). Sistim pemilu dan kondisi geografis serta pendidikan politik NTT masih belum memungkinkn Calon pasangan bebas biaya dan faktanya pilkada hampir di seluruh daerah tadak ada yg bebas biaya. Demokrasi /Pilkada sesungguhnya sdg melibatkan semua potensi ekonomi utk turut serta campuir tangan dgn pengusaha sebagai lokomotifnya. (2- Bersambung...)
Minggu, 25 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar